Mengenal Hari Valentine

Posted on
  • Jumat, 11 Februari 2011
  • by
  • in
  • Labels:
  • Bentar lagi tanggal 14 Februari. Ada apa yaa ditanggal itu?? Kok banyak para remaja (ga remaja aja sih sebenarnya) yang menunggu datangnya tanggal 14 Februari. Ooo,, ternyata ada V’day alias Valentine’s day..
    Apaan tuh V’day?? Kok terkenal banget ya. Siapa coba yang ga tau, dari anak-anak sampai orang tua pasti tau apa itu V’day. Seperti yang udah beredar di masyarakat, V’day diartikan sebagai hari kasih sayang.
    Banyak orang merayakan hari kasih sayang tersebut dan setiap tahun dijadikam tradisi. Tapi, irosnisnya perayaan dan tradisi V’day itu dapat membawa ke lembah kesesatan. Lhoo kok bisa?!? Iya, jika kita melihat realita, ajang V’day dijadikan alasan untuk berbuat maksiat seperti bikin party, pacaran, bahkan tak jarang dalam party-party tersebut dibumbui dengan pesta seks. Na’udzubilahimindzalik.. hari yang mereka besar-besarkan sebagai hari kasih sayang ternyata adalah ajang untuk berbuat maksiat.

    Bagaimana sejarah Valentine’s Day ?
    The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine's Day: "Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine's Day probably came from a combination of all three of those sources--plus the belief that spring is a time for lovers." 
    Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
    Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (Lihat : The Encyclopedia Britannica, sub judul : Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (Lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
    The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa "St. Valentine" termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
    Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
    Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
    Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (Lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

    Lalu bagaimana dengan ucapan "Be My Valentine ?"
    Ken Sweiger dalam artikel "Should Biblical Christians Observe It?" (www.korrnet.org) mengatakan kata "Valentine" berasal dari Latin yang berarti :
    "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa." Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi "to be my Valentine", hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi "Sang Maha Kuasa") dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
    Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti : the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod "the hunter" dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
    Saudaraku, itulah sejarah Valentine's Day yang sebenarnya tidak lain bersumber dari orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan "kasih sayang", lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?
    Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri Islam- yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah SWT berfirman yang artinya :
    "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya." (QS. Al-Isra' : 36).
    Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam dan  orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam :
    "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).
    Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan : "Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena; 
    Pertama :
    Ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.
    Kedua :
    Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka-.
    Nah, coba kita lihat , apa yang dapat kita ambil manfaatnya dari V’day? Boros uang untuk beli coklat dan seabrek kado lainnya, pemborosan uang untuk biskin party, khlawat terjadi disana-sini, pesta sampai mabuk, apakah itu bermanfaat ??
    Sikap kita yang paling baik adalah meninggalkan dan tidak ikut-ikutan dalam peringatan tersebut, karena ditinjau dari sejarah, hukum, dan manfaatnya tidak sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
    Lalu, bagaimana kita meninggalkannya?? Padahal banyak orang yang melaksanakannya? Hal ini jangan dijadikan penghalang karena jika kita benar-benar berniat dan meninggalkannya maka kita tidak perlu cemas,, ingat kembali firman Allah
    “…Barang Siapa menolong agama Allah maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad 47:7)
    Kita juga tidak perlu takut dan cemas menjadi “orang asing” karena tidak mengikuti V’day soalnya mengikuti kebanyakan manusia dengan meninggalkan sunnah Rasul adalah menyesatkan.
    Rasulullah bersabda: Ketahuilah! Bilal bertanya, “Apa yang harus saya ketahui, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya siapa saja yang menghidupkan (kembali) salah satu dari sunnahku setelah dilupakan orang-orang sesudahku, maka baginya pahala seperti orang yang menjalankan sunnah itu tanpa dikurangi sedikitpun (HR. Tirmidzi)
    Saudaraku, hari kasih sayang itu tidak hanya dilakukan pada momen-momen tertentu saja, tetapi setiap detik Allah memberikan waktu kepada kita adalah untuk berkasih sayang yang seharusnya dibudadayakan antar muslim. Dan jadikanlah hari-hari yang kita lalui sebagai hari kasih sayang “Everyday is Love day” tetapi dalam kerangka syariat Islam.
    Terakhir, hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya." 

    Wallahu a’lam bishowab…