Mawar atau Coklat ?

Posted on
  • Senin, 14 Februari 2011
  • by
  • in
  • Labels:
  • Sebuah cerpen dari Tri Maskunaryatun

    Nggak terasa,, hari yang dinanti-nanti tiba juga,, 14 Februari. kata orang-orang ini adalah hari kasih sayang, Hari yang tepat untuk ngungkapin sayang dan cinta ke si doi. Dan tak ketinggalan aku punya doi yang merupakan belahan jiwaku, tumpuan hatiku, dunia ini 'kan terasa hampa tanpa dirinya.Bahkan saat kuliah di kelas pun aku tidak bisa konsen, wajahnya selalu terbayang-bayang di benakku.

    Saat hendak pulang aku menemuinya dulu, dan bilang "Sin,, nanti aku maen ke rumahmu ya?"
    "jam berapa ?" jawab sinta
    "jam lima, penting banget."
    "Baiklah" jawab sinta dengan tersenyum manis, seolah tau maksud kedatanganku, lalu aku bergegas pulang.

    Sore harinya aku mempersiapkan segala keperluan untuk valentinan nanti. Mulai dari baju terbagus, pake parfum terwangi, sepatu terbaik, kado pink berbentuk hati. oohh.. tapi ada yang kurang,, apa ya?? oiya, mawar merah dan sebungkus coklat mahal untuk kekasih hatiku. Setelah aku rasa cukup lengkap maka aku segera berdandan dan bergegas ke rumah Sinta ku sayang.

    Biar dandananku ga rusak, aku mengendarai motorku pelan-pelan. tapi,, tes..tes..tes.. air hujan mulai menitik turun. "huuh, kenapa ujan nya mesti sekarang dan aku lupa ga bawa jas hujan!" gerutuku dalam hati sambil berteduh di emperan sebuah toko. Hujanpun semakin deras. Sambil menata rambut, kulihat sekelilingku. dan ternyata disini perkampungan orang kurang mampu. ada anak kecil yang menangis karena kelaparan, kulihat pula orang tua duduk di kursi tua kedinginan, kulihat juga rumah seorang tua yang becek tergenang air, tapi tak dipedulikan olehnya, karena nampaknya sudah terbiasa baginya.

    "Pedulikah kamu?" tiba-tiba hatiku bersuara
    "Buat apa ngurusin dia! salah siapa ga kerja." sahut suara hariku yang lain
    "Benar juga buat apa aku mikirin mereka" kataku

    Hujan udah reda, akhirnya aku melanjutkan perjalanan ke rumah Sinta. Tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku. Ada perasaaan aneh yang menghantuiku. dan aku tidak lagi ngebayangin si doi.

    Perasaan itu menghebat ketika aku sampai di rumah Sinta. iya, rumahnya Sinta bagus dan mewah. di depannya ada halaman yang luas dan ada kolam ikan disampingnya indah dengan taman-taman bunganya. Namun hatiku tak sesunyi tempat ini, perasaanku bergejolak hebat.
    "Apakah kamu punya rasa kasih sayang? Mana rasa kasih sayangmu itu?" mendadak suara itu terdengar ladi dari dalm hatiku.
    "Heiii.. bukankah ini tanda kamu punya kasih sayang,, kamu udah sampai di depan rumah orang yang kamu sayang, tunggu apa lagi? ayo cepat ketok pintunya!" sahut suara hati yang lain.

    "Apakah ini disebut rasa kasih sayang? sudah benarkah rasa sayang ini kau berikan kepada siapa.."

    Aku semakin binguuung..
    Selangkah demi selangkah semakin berat, salahkah aku? Apakah aku dilarang untuk jatuh cinta dan mencintai orang lain?
    "Ayo terus aja!" cinta itu anugerah Allah. dengan kasih sayang dunia akan terasa damai."
    "Memang cinta itu fitrah dari Allah kepada manusia, tapi bukan begitu caranya dan lagi bukan begini cinta yang dimaksudkan dari hakikat cinta. ini semua hanya nafsu belaka."

    Aku semakin bimbang, keringat dingin pun mengucur, tangan bergetar, ciut nyaliku sehingga aku tak berani mengetuk pintu. Aku hanya diam terpaku.
    "Dan juga kenapa kamu tak berpikir tentang sodaramu yang kelaparan, tertimpa musibah dan tidak ada yang mempedulikan. sedangkan kamu hanya memikirkan dia seorang atas nama cinta!
    Sesungguhnya kasih sayang muslim yang satu dengan yang lainnya bagaikan satu tubuh, bila yang satu terluka maka yang lainnya akan ikut merasakannya.

    Dan kasih sayang itu tidak hanya tanggal 14 Februari aja! setiap hari bahkan setiap detik adalah hari kasih sayang.

    Ternyata sudah 10 menit aku terdiam di depan pintu, dan tanpa kusadari air mata ini menetes. aneh..aneh.. kenapa aku menangis ya? bukankah ini sikap pengecut! "Tidak, aku bukan orang munafik. Aku menangis karena teringat ketidakpedulianku terhadap sodaraku, mereka terjerumus ke dalam kejahatan, kemaksiatandan kerusakan, sedangkan aku membiarkannya dan seolah meridhoinya. "Sungguh bodoh benar aku! kalau hanya karena alasan itu tidak mau menemui dia. Mengapa tidak dari dulu aku bersikap begitu. Sungguh bodoh dan pengecut!

    Baiklah akan aku tunjukkan kalau aku bukan pengecut, memang aku baru sadar sekarang dan hal itu membuahkan keberanian. lalu aku ambil selembar kertas dan kutulis "Maaf Sin! aku ga bisa melakukan ini, kasih sayang itu bukanlah untuk seorang diri, bukanlah nafsu. Tapi bila kau ingin cinta dariku bukan beginilah jalannya. Jalan itu udah ada dalam syariat Islam. Aku yakin kau sudah mengerti akan hal itu." -tertanda mantan pacarmu-

    Lalu kertas itu aku selipkan ke dalam setangkai bunga mawar dan aku taruh di depan pintu. Semoga dia tidak salah paham. Lalu aku beranjak pulang.
    "Inilah bukti aku bukan pengecut dan aku mengambil sikap yang tegas!"
    tak lupa aku memberikan coklat ke anak kecil yang menangis yang aku temui saat berteduh tadi.

    Aku pulang dalam tegap. Tidak ada lagi coklat ataupun bunga mawar, semua itu ternyata ga penitng. Dan Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah membuka hatiku dan menunjukka dalam jalan yang benar. dan akhirnya aku menang dalam pergulatan batinku.

    "Wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agama-Mu."

    -Tamat-