WASPADA RIYA’

Posted on
  • Minggu, 02 Januari 2011
  • by
  • in
  • Labels:
  • 8 November 2010


    Mengenai Riya’ Al Harits Al Muhasibi mengatakan, “Yang disebut ikhlas adaah hanya bertujuan meraih ridha-Nya semata dalam melakukan ketaatan (amalan) dan tidak menginginkan yang selainnya. Sedangkan Riya’ itu terbagi dua, melakukan ketaatan (amalan) demi manusia saja dan melakukan ketaatan demi manusia dan Rabb manusia, keduanya sama saja. Menghapuskan pahala amal ketaatan. Dan ketahuilah, Riya’ itu tidak hanya terjadi pada pengerjaan amalan, tetapi juga dalam hal meninggalkan amalan”.

    Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Meninggalkan suatu amalan karena manusia adalah Riya’, sedangkan mengerjakan suatu amalan karena manusia adalah syirik. Yang disebut ikhlas adalah jika Allah berkenan menyelamatkanmu dari keduanya.” Artinya, orang yang berniat melakukan suatu ibadah lalu dia meninggalkannya karena takut dilihat orang lain maka dia telah berbuat riya’, ini karena ia meninggalkan amalan karena manusia. Sedangkan jika ia meninggalkan suatu amalan misalnya shalat untuk dikerjakan secara sembunyi sembunyi maka hal ini memang dianjurkan, kecuali untuk shalat fardhu (bagi laki laki), zakat wajib, atau jika dia seorang imam yang menjadi panutan.

    Adalagi yang namanya tasmi’ yaitu seseorang melakukan suatu amalan karena Allah ditempat sunyi yang tidak diketahui orang lain lalu ia menceritakannya pada orang lain. Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menyiarkan amal kebaikannya maka Allah akan menyiarkan aibnya; dan barangsiapa melakukan perbuatan riya’ maka Allah akan memperlihatkan keburukannya.” [Mutafaqq ‘alayh; A Bukhari (6499, 7152) dan Muslim (2987) dari Hadits Jundub rahimahullah]

    Terkhususkan para penuntut ilmu dan orang orang yang sedang berusaha menghafal Qur’an serta mengajarkannya, dan orang orang yang gemar bersedekah [Baarakallahu fiikum] coba kita ingat kembali hadits berikut ini:
    Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan urusanya pada hari Kiamat adalah orang yang mati syahid, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya nikmat yang akan ia dapatkan, diapu mengetahuinya, Allah bertanya kepadanya, “Apakah yang telah engkau lakukan sehingga engkau mendapatkannya?” Dia menjawab. “Aku berperang dijalan-Mu sehingga aku mati syahid.” Allah berkata lagi, “Engkau berdusta, engkau berperang agar dikatakan sebagai pemberani, dan hal itu telah dikatakan.” Lalu datanglah perintah agar mukanya diseret sehingga dilemparkan kedalam neraka.

    Dan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, juga orang yang membaca alQur’an, dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya nikmat yang akan didapatkannya, dia pun mengetahuinya, Allah bertanya kepadanya, “Apakah yang engkau lakukan sehingga engkau mendapatkannya?” Ia menjawab “Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, aku pun membaca AlQur’an dijalan-Mu,” Allah berkata lagi kepadanya, “Engkau berdusta, engkau belajar agar dikatakan sebagai orang alim! Dan membaca AlQur’an agar dikatakan sebagai Qari! Dan hal itu telah dikatakan.” Lalu datanglah perintah agar mukanya diseret sehingga dilemparkan kedalam neraka.

    Dan orang yang diberikan keluasan dengan limpahan harta dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya nikmat yang akan didapatkannya, diapun mengetahuinya, Allah bertnaya kepadanya, “Apakah yang telah engkau lakukan sehingga engkau mendapatkannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan satu jalanpun yang dicintai oleh-Mu untuk berinfaq kecuali aku berinfaq dijalan tersebut.” Allah berkata lagi kepadanya, “Engkau berdusta, engkau melakukannya agar dikatakan sebagai orang yang dermawan! Dan hal itu telah dikatakan.” Lalu datanglah perintah agar mukanya diseret sehingga dilemparkan kedalam neraka. [Riwayat Muslim [1905]

    Dan Sabda Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam:
    “Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, tapi dia mencarinya agar mendapatkan materi duniawu, maka dia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari Kiamat” [Riwayat Abu Dawud (3664) dengan sanad yang shahih]

    Maka, wahai penuntut ilmu, pengajar dan penghafal Qur’an, serta orang yang diberi keluasan rizki oleh Allah sehingga ia gemar bersedeqah, berhati hatilah dengan apa yang ada didalam hati kalian. Semoga kita tidak termasuk orang orang yang disebutkan didalam hadits diatas.
    Nas’alullohal ikhlaas..

    Maraji’ (Kepustakaan):
    Syarah Hadits Arba’in, Kompilasi Empat Ulama Besar: Imam An Nawawi, Imam Ibn Daqiq Al-‘Id, Syaikh Abdurrahman As Sa’di dan Syaikh Al Utsaimin. [recommended book to be one of you-read-most-book, and find the better one, compilation from 5 big Schollars; Additional schollar: Sheikh Abdul Muhsin Al Badr,]
    Ikhlas – Syarat Diterimanya Ibadah . Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah [terjemahan dari  Kitabul Ikhlaash]