Jumat, 24 Agustus 2012

Kisah Perjalanan Sahabat GAMUS di IMSS 2012 (2)

Inspirasi Tiada Henti di Seminar IYIL (Indonesian Young Islamic Leader)
Oleh: Novi Ahimsa Rosikha (sumber artikel)


“Setiap generasi memiliki zaman sendiri, dan setiap zaman memiliki generasinya sendiri.”


Auditorium Sabuga saat seminar IYIL
[Hari Ke-1]
Pukul 12.30 WIB. Usai istirahat, solat, dan makan siang, peserta kembali memasuki ruangan auditorium Sabuga untuk mengikuti seminar IYIL bersama Bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN dan Ibu Tri Mumpuni. Apa itu IYIL? IYIL merupakan kependekan dari Indonesian Young Islamic Leader. Menurut buku panduan IMSS, Seminar IYIL bertujuan untuk membangun inisiatif dan memunculkan kembali tokoh pemuda (mahasiswa) serta membangkitkan semangat kepemimpinan dalam jiwa mahasiswa. Tajuk seminar IYIL kali ini adalah “Youth And Relationship and Each Sector Around Us”,yang dimoderatori oleh Adjie Wicaksana, Kepala GAMAIS ITB 2010.
Inspirasi pertama disampaikan oleh Ibu Tri Mumpuni, perwakilan dari Lembaga Swadaya Masyarakat, yang sudah membuat banyak perbaikan di berbagai pelosok negeri. Tak heran, kalau Ibu yang satu ini sudah memiliki seabrek penghargaan, baik nasional, maupun internasional. Dalam seminarnya, beliau menyampaikan supaya pemuda Indonesia lebih peka terhadap lingkungan sehingga mengetahui masalah-masalah bangsa. Menurut beliau, untuk menjadi pemimpin tidak perlu muluk-muluk, yang paling penting adalah bisa mengerti, bisa membaca lingkungan, serta memiliki solusi yang konkrit untuk itu.
“Pokoknya mulai dari yang kecil, karena jumlah yang kecil itu jutaan. Selesaikan dulu satu persoalan. Temukan solusinya yang konkrit, kerjakan sungguh-sungguh. Yang penting konsisten. Hidup itu harus memilih dan ketika sudah memilih, milikilah konsekuensi untuk mencintai pilihan itu.”
Hmm, ketika itu saya jadi berpikir, kalau satu persoalan diselesaikan oleh seorang pemuda, dan setiap pemuda di negeri ini menyelesaikan sungguh-sungguh persoalan tersebut, saya yakin, satu per satu persoalan tersebut tersebut akan terselesaikan. Tunggu apa, Kawan? Action! Presentasi beliau ini benar-benar membuat kita ingin bergerak, semoga saja semangatnya tidak berhenti dalam beberapa hari saja, tetapi konsisten sebagai bentuk konsekuensi atas tindakan kita. Tentu saja, dengan tetap berkolaborasi satu sama lain.
Lucunya, di tengah-tengah seminarnya yang begitu powerful, Ibu Tri Mumpuni memancing gelak tawa sekitar 1700 peserta IMSS dengan pesan penting beliau, “Dalam hidup itu, pandai-pandailah memilih jodoh.” Menurut beliau, kalau kita pandai memilih jodoh, yang merupakan pendamping kita, kita juga akan tertuntun dalam aktivitas kita. Didukung, diingatkan, dan tentu saja, dibantu dalam menjalankannya.
Masih menurut Ibu Tri, salah satu sumber daya nasional terbaik yang dimiliki Indonesia adalah kaum dhuafa. Allah menitipkan mereka banyak untuk kita karena doa mereka tanpa sekat. Oleh karena itu, bila kita menjadi birokrat nanti, beliau berpesan supaya kita berpihak pada kaum yang susah, karena merekalah yang akan mendoakan. “Mudahkanlah jalan hidup orang lain, hingga Allah kelak akan memudahkan hidupmu.”
Menutup seminar beliau, Ibu Tri menjelaskan bahwa kemiskinan BUKAN masalah utama. Kemiskinan hanya akibat dari tidak terhubungnya masyarakat lokal dengan sumber daya utama mereka. Kuncinya adalah percaya, percaya bahwa semua bisa teratasi. Oleh karena itu, kembali beliau mengajak kaum muda untuk menghubungkan sumber daya yang terputus tersebut, dengan semangat perbaikan untuk negeri, menjadi hebat di mana pun, berkompetensi internasional, namun berkiprah untuk negeri.
Ibu Tri juga memberikan contoh aksi nyata beliau dalam membuat suatu perubahan, seperti menghubungkan listrik di daerah-daerah terpelosok, membuat saluran air, dan hal-hal lain yang sekilas tampak sederhana namun nyata dan bermanfaat. Seminar beliau kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama dan gema takbir yang menggelegar, semakin membuat hati bergetar dan merinding. Subhanallah.
Inspirasi yang tak kalah menarik selanjutnya datang dari Bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN. Beliau datang bersama cucu beliau yang mungkin masih berusia 4-5 tahun. Lucunya, di tengah seminar beliau tentang perekonomian Bangsa Indonesia, cucu beliau berkali-kali menarik perhatian peserta karena ulah polosnya di atas panggung.
Bapak Dahlan menjelaskan, bahwa sepuluh tahun dari sekarang, Indonesia sudah harus benar-benar berubah. Sepuluh tahun itu tidak lama, oleh karena itu perubahan itu harus dimulai dari sekarang. Perekonomian Indonesia, menurut beliau, saat ini sudah jauh lebih baik. Tidak ada sistem “bagi-bagi kue” seperti yang terjadi pada zaman orde baru. Oleh karena itu, kita harus menyambut momen itu dengan kemampuan dan potensi yang kita miliki. Kita harus mengembangkannya. Apalagi, para pemuda zaman ini sudah memiliki bekal intelektual yang mumpuni, yang tentu saja lebih baik dari pemuda-pemuda terdahulu. Wajar, jika sudah seharusnya, generasi kita membawa Indonesia ke dalam taraf ekonomi yag jauh lebih baik lagi. Selain itu, beliau juga bercerita tentang prospek mobil listrik untuk menghemat energi di masa depan.
“Setiap generasi memiliki zaman sendiri, dan setiap zaman memiliki generasinya sendiri.” ujar beliau menutup seminarnya.
Setelah seminar dari dua tokoh yang sangat inspiratif, peserta IMSS kembali disuguhkan video-video inspiratif dari enam besar peserta IYIL Camp. Video-video ini, lagi-lagi menggetarkan hati. Ada yang bercerita tentang sosok ibunya. Ada yang bercerita tentang keberhasilan mereka meraih mimpi. Ada yang berhasil membuat Album Kompilasi nasyid. Ah, banyak. Yang paling mengharukan, menurutku, adalah video seorang pemuda asal Padang yang menjadi muallaf tahun 2010 silam. Tapi, lihatlah, pemuda itu sekarang sudah gagah berdiri dengan iman islamnya yang kuat.
“Mama, Papa, Oma, dan keluargaku, suatu saat, saya ingin mengajak kalian ke jalan Islam yang indah ini.” katanya dengan tegas, membuat kami merinding, bahkan beberapa akhwat pun meneteskan air mata. Takbir kembali menggema.
Pemutaran video dan penyerahan hadiah ini, sekaligus menjadi penutup acara IMSS di hari pertama. Entah sudah berapa kali takbir menggema dari pagi hingga senja ini. Aku masih saja bergetar mendengarnya.
Bandung,
Sabuga 15 Juli 2012
Edited 19 Juli 2012
Masih ditulis dengan semangat yg membara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarat dan ketentuan komentar yang akan ditampilkan :

1. Mengucapkan salam* 'Assalamu'alaykum'
2. Relevan dengan topik yang dibahas
3. Menggunakan kata-kata yang santun
4. Tidak mencemarkan nama baik pihak ketiga (individu/organisasi)
5. Tidak mempromosikan barang atau jasa milik pribadi atau bersama

*
Mengucapkan salam hanya dilakukan ketika sahabat berkomentar pertama kalinya di tulisan ini, pada komentar selanjutnya (untuk menanggapi komentar lain atau hal lainnya) tidak perlu mengucapkan salam.
Bagi non-muslim silahkan langsung berkomentar.

Terima kasih sudah mengunjungi blog GAMUS IM Telkom.
Semoga kebaikan selalu meliputi kita semua.